Alat-alat
untuk pemeriksaan hematologi
Peralatan-peralatan
yang diperlukan untuk pemeriksaan hematologi antara lain:
1.
Lanset darah
Lanset darah
disposable (sekali buang) diperlukan untuk mendapatkan darah kapiler.Lanset
yang baik adalah sekali berujung tajam dan melebar.
2. Jarum, semprit dan botol
Jarum dan semprit
disposable digunakan untuk memperoleh darah vena dan arteri.Jarum hendaknya
cukup besar, berujung runcing, tajam dan lurus. Lebih baik lagi jika digunakan
jarum dan tabung hampa udara steril (venoject) yang membuat darah terhisap ke
dalam tabung dan benar-benar tak tercemar. Botol kecil steril digunakan untuk
menampung darah setelah diambil ke dalam semprit.
3.
Hemositometer
Hemositometer
digunakan untuk menghitung eritrosit, lekosit dan trombosit. Alat ini terdiri
atas kamar hitung, kaca penutup dan pipet.
a. Kamar hitung
Kamar hitung yang
banyak digunakan adalah improved Neubauer. Gambar detail dari kamar hitung
dapat Anda lihat pada gambar.
b. Kaca penutup
Kaca penutup dibuat
benar-benar datar, agak lebih tebal dari kaca obyek.
c. Pipet
Pipet yang digunakan
adalah pipet Thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas pipa kapiler yang
bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk bola. Di dalam bola
terdapat sebutir kaca merah. Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan
pipet eritrosit, namun didalam bola terdapat sebutir kaca putih.
Hemoglobinometer
(hemometer)
Kamar hitung
Pipet Thoma
Hemoglobinometer
digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin secara sederhana. Hemometer Sahli
masih digunakan di laboratorium-laboratorium kecil atau di lembagalembaga pelayanan
kesehatan dasar misalnya puskesmas. Sehingga, meskipun cara ini tak dianjurkan
karena akurasinya yang rendah namun masih perlu dipelajari. Alat ini terdiri
atas HCl, tabung reaksi dan pengaduk, pipet hemogobin serta warna pembanding.
5.
Kaca obyek dan kaca penutup
Kaca obyek berukuran
1 x 3 inci. Sebaiknya pinggir kaca obyek benar-benar rata sehingga baik untuk
membuat sediaan apus. Kaca penutup harus tipis supaya dapat digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis.
Cara
memperoleh sampel darah
Dalam pemeriksaan
hematologi umumnya digunakan darah kapiler dan darah vena.
1.
Darah kapiler
Darah kapiler diambil
dari ujung jari atau anak daun telinga untuk orang dewasa dan dari tumit atau
ibu jari kaki untuk bayi. Tak boleh mengambil sampel darah dari bagian tubuh
dengan gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia. Cara mengambil sampel
darah kapiler adalah:
a. Lakukan desinfeksi
dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pegang bagian yang
dipilih supaya tak bergerak
c. Tekan sedikit
untuk mengurangi nyeri
d. Tusuk dengan cepat
dan cukup dalam menggunakan lanset. Untuk jari, tusuk secara tegak lurus dengan
garis-garis sidik jari, jangan sejajar. Untuk daun telinga, tusuk pinggirnya, jangan sisinya. Jangan dipijat-pijat, karena
darah akan bercampur dengan cairan jaringan
sehingga menjadi lebih encer, yang berdampak terhadap
akurasi hasil
pemeriksaan.
e. Buanglah tetes darah
pertama dengan kapas kering.
2.
Darah vena
Pada orang dewasa
vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti. Untuk bayi,
darah vena dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis superior. Cara
mengambil darah vena adalah:
a. Lakukan desinfeksi
dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pasang torniket,
sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat jelas
c. Tegangkan kulit di
atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak
d. Tusuk kulit dengan
jarum sampai masuk vena
e. Longgarkan
torniket secara perlahan, lalu hisap darah sesuai dengan kebutuhan
f. Buanglah tetes
darah pertama dengan kapas kering.
g. Pasang kapas
alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat
h. Tekan daerah
tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien)
i. Cabut jarum dari
semprit lalu alirkan darah ke botol secara perlahan melalui dinding botol
supaya tidak terjadi lisis sel-sel darah
Pemeriksaan
kadar hemoglobin (Hb)
Cara pemeriksaan
kadar Hb yang lazim digunakan adalah cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual.
Cara fotoelektrik
Dengan cara ini,
hemoglobin diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin-sianida) dalam larutan
yang berisi kaliumferrisianida dan kalium sianida. Larutan Drabkin mengubah
hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi
sianmethemoglobin. Cara ini tidak kita bahas lebih lanjut, yang jelas cara ini sangat
bagus untuk laboratorium rutin karena memiliki akurasi yang sangat tinggi.
Cara
kolorimetrik visual (cara Sahli)
Dengan cara ini,
hemoglobin diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat. Kemudian warna ini
dibandingkan dengan warna standar secara visual. Langkah-langkah pemeriksaan
dengan cara Sahli yaitu:
a. Masukkan 5 tetes
HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer
b. Isap darah kapiler
atau darah vena dengan antikoagulan EDTA atau oksalat dengan menggunakan pipet
Hb sampai tanda 20 µL tanpa terputus
c. Hapuslah darah
diluar ujung pipet
d. Segera alirkan
darah ke dasar tabung, jangan sampai ada gelembung udara e. Angkat pipet
sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah
f. Aduklah supaya
cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan tambahkan setetes
demi setetes aquades.
g. Setelah 3-5 menit
bandingkan warna tersebut dengan warna standar sampai benar-benar sama. Bacalah
kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam tabung Kelemahan
metode ini adalah:
a. Tak semua
hemoglobin menjadi hematin asam, misalnya karboksihemoglobin (Hb-CO),
methemoglobin dan sulfhemoglobin
b. Kemampuan visual
pemeriksa sangat mempengaruhi hasil
c. Cahaya yang kurang
terang mempengaruhi hasil
Penghitungan
sel-sel darah
Lekosit, eritrosit
dan trombosit dihitung setelah diencerkan. Pada laboratorium besar, penghitungan
dilakukan secara elektronik dan pengenceran otomatis sehingga memberikan hasil
yang sangat akurat. Selanjutnya cara ini tak dibahas. Selain itu, masih ada
cara manual yang tetap diperlukan hingga saat ini yaitu menggunakan pipet dan
kamar hitung.
Penghitungan
lekosit
untuk menghitung
lekosit, darah diencerkan dalam pipa lekosit lalu dimasukkan ke dalam kamar
hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Turk. Langkah-langkah pemeriksaan
yang diterapkan adalah:
1. Hisap darah
kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2. Hapus kelebihan
darah di ujung pipet
3. Masukkan ujung
pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45 derajat, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Turk hingga mencapai tanda 11.
Jangan sampai ada gelembung udara
4. Tutup ujung pipet
dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocok selama 15-30
detik
6. Letakkan kamar
hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja
7. Kocok pipet selama
3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
8. Buang semua cairan
di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung
dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
9. Biarkan 2-3 menit
supaya lekosit mengendap
10. Gunakan lensa
obyektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus dirahkan ke garis-garis
bagi.
11. Hitunglah lekosit
di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah
lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah
pada
garis kiri dan atas.
12. Jumlah lekosit
per µL darah adalah: jumlah sel X 50
Penghitungan
eritrosit
Untuk menghitung
eritrosit, darah diencerkan dalam pipa eritrosit lalu dimasukkan kedalam kamar
hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Hayem. Langkah-langkah pemeriksaan
yang diterapkan adalah:
1. Hisap darah
kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2. Hapus kelebihan
darah di ujung pipet
3. Masukkan ujung
pipet ke dalam larutan Hayem dengan sudut 45, tahan agar tetap ditanda 0,5.
Isap larutan Hayem hingga mencapai tanda 101. Jangan sampai ada gelembung udara
4. Tutup ujung pipet
dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocok selama 15-30
detik
6. Letakkan kamar
hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja
7. Kocok pipet selama
3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
8. Buang semua cairan
di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung
dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
9. Biarkan 2-3 menit
supaya eritrosit mengendap
10. Gunakan lensa
obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garis-garis
bagi dalam bidang besar yang tengah.
11. Hitunglah
eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang kecil,
dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah
pada garis kiri dan atas.
12. Jumlah lekosit
per µL darah adalah: jumlah sel X 10000
Penghitungan trombosit
Ada 2 cara
penghitungan trombosit yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung
tidak dibahas dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara langsung, darah
diencerkan dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung.
Pengencer yang digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah pemeriksaan
yang diterapkan adalah:
1. Hisap cairan Rees
Ecker sampai tanda “1” dan buang lagi cairan tersebut
2. Hisap darah sampai
tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101 lalu kocok selama 3 menit
3. Lanjutkan
langkah-langkah seperti penghitungan eritrosit
4. Biarkan kamar
hitung selama 10 menit dalam posisi horisontal supaya trombosit mengandap
5. Hitunglah trombosit
dalam seluruh bidang besar tengah dengan lensa obyektif besar
6. Jumlah trombosit
per µL darah adalah: jumlah trombosit x 2000.
Sediaan
hapusan darah
Sediaan hapusan darah
penting untuk pemeriksaan keadaan trombosit, keadaan eritrosit dan keadaan lekosit.
Cara membuat sediaan hapusan darah dapat menggunakan kaca obyek dan menggunakan
kaca penutup. Dalam kuliah ini hanya kita bahas cara yang pertama saja yaitu:
1. Sentuhlah setetes
kecil darah (diameter maksimal 2 mm) kira-kira 2 cm dari tepi kaca obyek. Darah
yang dipakai adalah darah kapiler, darah heparin atau darah EDTA.
2. Letakkan kaca
obyek dengan darah di sebelah kanan
3. Dengan tangan
kanan, letakkan kaca obyek lain di kiri tetes darah, lalu gerakkan ke kanan
sampai menyentuh darah
4. Tunggu darah
menyebar sampai ½ cm dari sudut kaca penggese
5. Geser kaca ke kiri
dengan sudut 30-45, jangan menekan ke bawah
6. Biarkan sediaan
mengering di udara
7. Tulis nama klien
dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal Setelah
hapusan darah selesai, dilanjutkan dengan pewarnaan dengan berbagai cara
misalnya pewarnaan Wright dan Giemsa.
Ada beberapa kelainan
morfologi eritrosit antara lain:
1. Anisositosis
(abnormalitas ukuran eritrosit).
Contoh mikrosit
(eritrosit lebih kecil dari normal) pada kasus anemia defisiensi besi dan makrosit
(eritrosit lebih besar dari normal) pada kasus anemia defisiensi asam folat.
2. Poikilositosis
(abnornalitas bentuk eritrosit yaitu ada yang tidak bundar)
Contohnya adalah
kondisi hemoglobin patologik dan beberapa jenis anemia.
3. Polikromasi
(terdapat beberapa eritrosit dengan warna kebiruan di antara eritrosit normal
yang berwarna merah)
Polikromasi
menunjukkan adanya eritrosit yang masih muda.
4. Hipokrom (bagian
pucat di tengah eritrosit meluas). Keadaan ini menunjukkan rendahnya kadar
hemoglobin
5. Sferosit
(eritrosit mendekati bentuk bola) Contoh kasus ini adalah anemia hemolitik
Keadaan
lekosit
Dalam pemeriksaan
keadaan lekosit yang perlu diperhatikan adalah hitung jenis (differential
counting) lekosit.
Hitung jenis adalah
menghitung 100 lekosit dan mengelompokkan
berdasarkan jenisjenisnya.
Urutan pengelompokan
adalah basofil, eosinofil, netrofil (batang dan segmen), limfosit dan monosit.
Nilai normal dari hitung jenis adalah basofil: 0-1%, eosinofil: 1-3%, netrofil
batang: 2-6%, netrofil segmen: 50-70%, limfosit: 20-40% dan monosit: 2-8%.
Menghitung
retikulosit
Setelah eritrosit
muda kehilangan inti, sebagian kecil RNA tertinggal di dalam eritrosit. Sel ini
dinamakan retikulosit. Jumlah retikulosit normal adalah 0,5-1,5% dari jumlah
eritrosit, yaitu 25000-75000 per µL darah.
Laju
endap darah (LED)
Laju endap darah
adalah kecepatan pengendapan eritrosit, oleh karena itu untuk mengukurnya
diperlukan darah dengan anti koagulan. Ada 2 cara pemeriksaan LED yaitu cara
Wintrobe dan cara Westergren. Pada kuliah ini hanya diberikan contoh cara
Wintrobe, dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Ambil darah EDTA
atau darah oksalat
2. Dengan menggunakan
pipa Wintrobe, masukkan darah ke dalam tabung Wintrobe hingga tanda 0 mm. Cegah
terjadinya gelembung udara.
3. Biarkan tabung
Wintrobe dalam posis tegak lurus selama 60 menit
4. Bacalah tinggi
lapisan plasma dalam milimeter dan catat sebagai LED. Nilai LED normal adalah
pria: < 10 mm/jam dan wanita: < 15 mm/jam
Hematokrit
Hematokrit adalah
volume semua eritrosit dalam 100 ml darah. Ada 2 cara pemeriksaan hematokrit
yaitu cara Wintrobe dan cara mikrometode. Pada kuliah ini hanya dibahas cara Wintrobe,
dengan langkah langkah pemeriksaan sebagai berikut:
1. Ambil kapiler atau
darah EDTA, darah heparin atau darah oksalat lalu masukkan ke dalam tabung
Wintrobe hingga tanda 100 di atas.
2. Masukkan tabung ke
dalam sentrifuge yang cukup besar lalu pusingkan selama 30 menit dengan
kecepatan 3000 rpm
3. Bacalah hasilnya
dengan memperhatikan:
a. Plasma di atas
(kuning) dibandingkan dengan kaliumbikromat dan intensitasnya disebut satuan.
Satu satuan adalah 1:10000
b. Ketebalan lapisan
putih (lekosit dan trombosit)
c. Volume sel-sel
darah merah.
Nilai hematokrit
normal adalah pria: 40-48% dan wanita: 37-43%
Masa
perdarahan (bleeding time)
Masa perdarahan
digunakan untuk menilai faktor-faktor ekstravaskuler dari hemostasis (pembekuan
darah). Ada 2 cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu cara Ivy dan cara Duke.
Langkah-langkah pemeriksaan masa perdarahan adalah:
1. Bersihkan bagian
voler lengan bawah (cara Ivy) atau anak daun telinga (cara Duke) dengan alkohol
70% dan tunggu sampai kering.
2. Khusus untuk cara
Ivy pasang manset sfigmomanometer pompa sampai batas tekanan 40 mmHg lalu
pertahankan tekanan tersebut
3. Cara Ivy:
tegangkan kulit dan tusuk dengan lanset sedalam 3 mm di lokasi 3 jari dibawah
lipat siku
Cara Duke: tusuk
pinggir anak daun telinga dengan lanset sedalam 2 mm
4. Ketika darah mulai
keluar, hidupkan stopwatch
5. Isap tetesan darah
dengan kertas saring tiap 30 detik, cegah menekan kulit saat menghisap darah
6. Ketika darah tak
terhisap hentikan stopwatch dan catatlah waktunya
Masa perdarahan
normal adalah 1-6 menit. Jika melampaui 10 menit perdarahan belum berhenti,
hentikan percobaan. Batalkan percobaan jika hasil percobaan kurang dari 1menit,
karena terjadi akibat kurang dalamnya tusukan.
Masa
pembekuan (clotting time)
Masa pembekuan
digunakan untuk menilai faktor-faktor pembekuan darah, khususnya faktor
pembentuk tromboplastin dan faktor trombosit, serta kadar fibrinogen. Ada 2
cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu modifikasi cara Lee dan White serta
cara Duke. Langkah-langkah untuk pemeriksaan dengan modifikasi cara Lee dan
White adalah:
1. Sediakan dalam rak
4 tabung berdiameter 7-8 mm
2. Ambil 5 cc darah
vena, saat darah masuk semprit jalankan stopwatch.
3. Masukkan 1 cc
darah ke dalam setiap tabung
4. Tiap 30 detik,
angkat tabung pertama dan miringkan untuk melihat bekuan. Cegah tabung lain
agar tak bergoyang
5. Setelah darah di
tabung pertama membeku, periksa tabung kedua tiap 30 detik. Catatlah waktunya
6. Lakukan langkah
berikutnya untuk tabung ketiga dan keempat
7. Masa pembekuan
adalah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga dan Keempat
Masa pembekuan normal
adalah 9-15 menit. Masa pembekuan melebihi 20 menit menunjukkan abnormalitas
Pemeriksaan
golongan darah
Ada berbagai macam
penggolongan darah, namun yang akan kita praktikkan pada kesempatan ini adalah
penetapan sistem golongan darah ABO. Tanpa melihat subgroup ada 4 macam
golongan darah, yaitu:
1. A: eritrosit
mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin anti B
2. B: eritrosit
mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin anti A
3. O: eritrosit tak
mengandung aglutinogen dan serum mengandung aglutinin anti A dan anti B
4. AB: eritrosit
mengandung aglutinogen A dan B, sedangkan serum tidak mengandung aglutinin
Penetapan golongan
darah menentukan jenis aglutinogen dalam sel. Selain itu dikenal pula penetapan
agglutinin dalam serum. Cara terbaik adalah dengan menggunakan kedua penetapan
yaitu aglutinogen dan agglutinin.
1. Taruh di bagian
kiri object glass 1 tetes serum anti A dan di bagian kanan 1 tetes serum anti B
2. Tambahkan 1 tetes
kecil darah pada serum, kemudian campurlah dengan ujung lidi
3. Goyangkan object
glass dengan gerakan melingkar
4. Perhatikan
aglutinasi dengan mata telanjang, lalu benarkan dengan menggunakan mikroskop.
Catatan:
Warna serum anti A: hijau/biru
Warna serum anti B: kuning
Darah yang diperiksa boleh darah kapiler segar
atau darah vena yang telah membeku terlebih dahulu yang kemudian sel-selnya
dilepaskan memakai ujung lidi. Jumlah darah yang dicampur dengan serum
sebaiknya mencapai nilai hematokrit 2%. Anti serum kuat memberikan hasil tegas
dalam waktu kurang dari 1 menit, sebaiknya
hasil diperiksa
setelah 2 menit dan selanjutnya disusul pemeriksaan ulang setelah lewat 20 menit.
Tindakan terakhir mengamankan adanya subgroup lemah dalam golongan A. Jaga
jangan sampai bahan pemeriksaan mengering pada object glass.Untuk menghindari
kesalahan, sebaiknya gunakan juga serum anti A,B (serum golongan O). Ini
berguna untuk mendapatkan subgroup A yang lemah, yang tidak bereaksi dengan
serum Anti A. Object glass harus bersih benar, tidak boleh ada sisa zat kimia
atau darah. Hal ini menghindari adanya aglutinasi palsu.
Pedoman kesimpulan:
Anti A Anti B Anti
A,B Golongan darah
- - - O
+ - + A
- + + B
+ + + AB
Keterangan: + :
terjadi aglutinasi, - : tidak terjadi
aglutinasi
Pemeriksaan
darah untuk HIV
Untuk kasus HIV,
pemeriksaan darah yang diperlukan adalah ELISA. Pemeriksa ELISA dilakukan
secara langsung dan secara tak langsung.
Pemeriksaan
ELISA secara langsung
Langkah-langkah
pemeriksaan ini adalah:
1. Antibodi
diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate)
2. Sampel darah
dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi
3. Enzyme-linked
antibody spesific untuk menguji antigen ditambahkan dan mengikat antigen,
membentuk sandwich
4. Substrat enzim
ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna
Pemeriksaan
ELISA secara tak langsung
Langkah-langkah
pemeriksaan ini adalah:
1. Antibodi
diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate)
2. Antiserum pasien
dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi
3. Enzyme-linked anti
HISG ditambahkan dan mengikat antibodi
4. Substrat enzim
ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar